July 19, 2010

Kawah Putih

Gunung Patuha oleh masyarakat Ciwidey dianggap sebagai gunung yang tertua. Namun Petuha konon berasal dari kota Pak Tua (sepuh), sehingga masyarakat setempat sering kali menyebut sebagai gunung sepuh. Lebiih dari seabad yang lalu puncak Gunung Patuha dianggap angker oleh masyarakat setempat sehingga tak seorangpun berani menginjaknya. Oleh karena itu keberadan dan keindahannya pada saat tersebut tidak sempat diketahui orang.

Atas dasar beberapa keterangan, Gunung Patuha pernah meletus pada abad X sehingga menyebabkan terjadinya kawah (crater) yang mengeringkan di sebeleh puncak bagian barat. Kemudian pada abad XII kawah di sebelah kirinya meletus pula yang kemudian membentuk danau yang indah.Tahun 1837 seorang Belanda peranakan Jerman bernama Dr.Franz Wilhlem Junghuhn (1809-1864) mengadakan perjalanan ke daerah Bandung selatan. Ketika sampai di daerah tersebut Junghuhn merasakan suasana yang sangat sunyi dan sepi tak seekor binatangpun yang melintasi di daerah itu. Ia kemudian menanyakan masalah ini kepada masyarakat, dan menurut masyarakat, kawasan Gunung Patuha sangat angker karena merupakan tempat bersemayamnya arwah para leluhur serta perupakan pusat kerajaan bangsa jin. Karenanya bila ada burung yang lancang berani terbang di atas kawasan tersebut, akan jatuh dan mati. Meskipun demikian orang Belanda yang satu ini tidak begitu percaya atas ucapan masyarakat. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya menembus hutan belantara di gunung itu untuk membuktikan kejadian apa yang sebenarnya terjadi di kawasan tersebut. Namun sebelum sampai di puncak gunung Junghuhn tertegun menyaksikan pesona alam yang begitu indah dihadapannya, dimana terhampar sebuah danau yang cukup luas dengan air berwarna putik kehijauan. Dari dalam danau itu keluar semburan lava serta bau belerang yang menusuk hidung. Dan terjawablah sudah mengapa burung-burung tidak mau terbang melintasi kawasan tersebut.

Dari sinilah awal mula berdirinya pabrik belerang Kawah Putih dengan sebutan di jaman Belanda : Zwavel Ontgining Kawah Putih. Di jaman Jepang usaha pabrik ini dilanjutkan dengan menggunakan sebutan Kawah Putih kenzanka Yokowa Ciwidey, dan langsung berada di bawah pengawasan militer. Cerita dan Misteri tentang Kawah Putih terus berkembang dari satu generasi masyarakat ke generasi masyarakat berikutnya. Hingga kini mereka masih percaya bahwa Kawah Putih merupakan tempat berkumpulnya roh para leluhur. Bahkan menurut Kuncen Abah Karna yang sekarang berumur sekitar 105 tahun dan bertempat tinggal di kampong Pasir Hoe, Desa Sugih Mukti; di Kawah Putih terdapat makam para leluhur, diantarannya: Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabal, Eyang Barabak, Eyang Baskom, Eyang Jambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha, Puncak Kapuk dipercaya sebagai tempat rapat para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Doi tempat ini masyarakat sesekali melihat (secara gaib) ssekumpulan domba berbulu putih (domba lukutan) yang dipercaya sebagai penjelmaan dari para leluhur.

Alam pemandangan di sekitar Kawah Putih cukup indah; denga air danau berwarna putih kehijauan, sangat kontras dengan batu kapur putih yang mengintari danau tersebut. Di sebelah utara danau berediri tegak tebing batu kapur berwarna kelabu yang ditumbuhi lumut dan berbagai tumbuhan lainnya. Franz Wilhem Junghuhn kini sudah lama tiada, namun penemuan yang dikenal dengan nama Kawah Putih masih tetap anggun mempesona sampai saat ini.
Sumber: Obyek wisata Kawah Putih.

1 komentar:

mawi wijna said...

emang muantep bener itu kawah putih!

Post a Comment